Selasa, 16 Juni 2015

LIGHT



Aku terbangun, melihat kosong, gelap, hampa. Tak ada cahaya sedikitpun yang menerangi, berkeringat ketakutan, tak bias melihat apa yang ada disekitar. Kemana ku kan melangkah, mencari tutunan agar aku bisa keluar dari kegelapan ini. Kumulai meraba, mencari pegangan, berharap kan menemukannya dan kujadikan arahan tuk menemukan jalan keluarku. Tapi sia-sia, aku sama sekali tak bias menemukannya, lalu aku harus kemana, kenapa taka da satu pun yang dapat kusentuh, bahkan angin pun tak bias kurasakan.

Aku tak tau ini dimana, terlalu lama aku tertidur, sehingga saat aku terbangun aku bingung dan tak tau arah. Karna semuanya gelap, sunyi. Aku pun mulai berjalan, walau tak ada pegangan tuk tuntunan aku tetap mencoba berjalan dalam kegelapan. Berharap ada setitik cahaya, walau haya setitik, tapi itu sudah dapat menjadikan tuntunan ku. Karena, tak akan selamanya aku berada disini, diruang yang pengap, dan dipenuhi oleh aroma kebohongan.

Saat aku mulai berjalan, aku tersendung oleh sesuatu yang tak dapat kulihat, aku coba bertahan tuk tetap berdiri, agar aku tak terjatuh. Karna saat aku terjatuh, aku tak yakin aku bias bangkit lagi. Ku kuatkan pijakan ku, ku besarkan tekad ku, karna saat didepan sana aku tersandung lagi, aku sudah kuat, pijakan ku sudah dapat bertahan.

Menjauh, aku merasa aku telah jauh berjalan dari tempatku tertidur. Tapi apakah memang telah menjauh, atau apakah aku hanya selangkah menjauh. Aku akan mencoba berlari, tapi bila aku berlari, aku tak tau apa yang ada di depan sana, apakah akan banyak batu-batu sandungan yang lain. Karena, bila aku berlari dan tersandung, aku pasti akan jatuh, dan lukanya akan lebih parah dari saat aku berjalan. Tapi aku tidak bisa menunggu lagi, aku tidak sempat harus meraba-raba lagi, aku harus cepat keluar dari kepengapan ini.

Ah, aku menemukan pegangan kecil. Apakah pegangan ini tak teputus sampai jalan keluar yang aku cari. Aku kan tetap mencoba menjadikan pegangan kecil ini sebagai arahan ku menemukan jalan keluar ku.

Keringat ini semakin deras mengucur, ketakutan semakin besar dan terbentuk, wujudnya pun semakin jelas terlihat. Bentuk ini lah yang selalu mengikuti ku, yang menggaruk-garuk punggungku. Aku semakin gelisah, semakin tidak yakin dengan pegangan kecil ku, terlalu rapuh untuk menahan semua beban tubuhku. Aku harus mencari pegangan yang lain, aku tak mau pegangan yang rapuh menjadi tuntunan ku. Aku trus mencari dan mencari, aku takkan berjalan lagi sampai aku menemukan pegangan yang lebih kuat, yang lebih besar, yang tak pernah bisa hancur dan trus tersambung sampai tak bertepi.

Aku mulai bingung atas apa yang kucari. Bentuk seperti apa yang kucari, karena semuanya gelap tak terlihat. Aku mulai terdiam, menangis, perasaan ini tak menentu. Aku mulai tambah takut, semakin terlihat ketakutan itu, semakin jelas walau dalam kegelapan. Aku harus kemana ?! apa yang harus aku lakukan?!

Aku pun mulai terpuruk dalam kegelapan ini, semakin dalam tenggelam dalam kehampaan. Dan pada akhirnya aku harus terjatuh, ternyata pijakan yang aku bangun tak sekuat yang aku duga. Aku pun susah untuk bangkit, aku coba berulang-ulang tuk bangkit, tapi percuma, aku terus jatuh lagi dan lagi dan lagi. Aku harus mencari pegangan tuk bangkit, karna kemampuan diri ini tak mampu tuk mengangkatku.

Dan dalam kejatuhan ku dan keterpurukan ku, aku menangis. Bukan menangis karna takut atau bingung lagi. Tapi ini adalah tangis kekecewaan, kemarahan atas diri ini. Aku bodoh, aku melupakan-Nya. Yang selama ini aku cari ternyata hanyalah ilusi, hanyalah kesia-siaan.

Aku menangis semakin kencang, aku pukuli diri ini. Ternyata dalam kegelapan ini, aku menjauh terus dan mencari yang tak pasti, tapi Ia selalu menungguku. Ia tak pernah lelah menunggu ku, karena Ia adalah pegangan yang paling besar dari apapunm, pijakan yang paling kuat dari apapun. Ia bukan hanya setitik cahaya, Ia adalah cahaya itu. Dan selama ini Ia menunggu ku, menunggu ku tuk menggenggam Dia dan menjadikan-Nya arahan ku.

Aku bodoh, aku goblok!!! Selama ini aku melupakan-Nya.

Ternyata ruang yang kosong gelap hampa ini adalah kebodohan diri ini dan kehinaan diri ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar